top of page
  • Instagram

Review YOU Season 3: Keluarga Psikopat yang Mencoba Hidup Normal

Monica Lauda Christi

Halo KinoFellas! Kali ini Kinomin balik lagi buat ngereview season 3 dari seri Netflix berjudul “You”. Sebenernya kalo boleh jujur, tadinya Kinomin gamau banget nonton season 3 dari seri ini karna menurut Kinomin harusnya ceritanya udah kelar di season 2 dan season 3 ini cuma sebuah strategi memeras seluruh uang yang bisa diperas oleh Netflix dari seri ini. Karna season 1 dan season 2, buat yang belum nonton, Kinomin rekomendasiin banget buat nonton. Tapi sayangnya kalo dibahas di sini semua, nanti reviewnya jadi kepanjangan. Jadi hari ini Kinomin bahas season 3nya dan nanti kalo misal ada yang nyangkut-nyangkut season 1 dan 2 baru dibahas di sini.


Apa yang membuat Kinomin jadi nonton season 3? Jadi di suatu hari, beberapa saat lalu, tiba-tiba ada temen Kinomin yang nanya, udah nonton you season 3 belum? Terus Kinomin jadi inget lagi, oiya season 3nya udah keluar ya. Tapi awalnya Kinomin bilang, halah pasti ini ceritanya maksa kan. Tapi terus jadi kepo sendiri setelah beberapa hari. Terus nonton deh.


Nah ketika menonton season 3 ini Kinomin merasakan fluktuasi terhadap rasa suka sama season 3 ini. Kenapa ya kira-kira?


SINOPSIS


Kisah cinta Joe dan Love yang bertemu pada season 2 berakhir dengan pernikahan. Pada season 3, Joe dan Love berada dalam ikatan keluarga, dengan lahirnya Henry dan berpindahnya mereka ke dalam sebuah perumahan di pinggiran kota. Kedua sejoli yang mencoba membangun keluarga normal kembali tersangkut dengan skandal-skandal yang harus ditutupi dengan segala cara.


Casting, character, dan penokohan:

Langsung aja kita masuk ke pembahasan ya KinoFellas. Jadi kita mulai dengan casting, karakter, dan penokohannya. Untuk season 3 ini sebagian besar castnya baru, mengingat Joe dan Love pindah ke lingkungan yang baru juga. Ceritanya tetep dimulai dari sudut pandang Joe dan nantinya akan berkembang ke arah kehidupan keluarganya dan juga ada beberapa bagian di mana ceritanya disampaikan dari sudut pandang Love.


Beberapa karakter baru yang cukup berperan dalam season 3 ini antara lain ada keluarga Conrad, terutama Sherry dan Cary Conrad yang nantinya akan terjebak di dalam kandang; Marienne sebagai love interestnya Joe; Keluarga Engler, termasuk Theo Engler, sebagai love interestnya Love, Matthew Engler, sebagai ayah dari Theo yang bersikukuh ingin mengungkap pembunuhan istrinya, dan Natalie Engler, istri Matthew yang pada dasarnya menjadi pemicu chaos dari seluruh season 3 ini. Selain itu ada juga karakter lama Dottie, sebagai ibu dari Love Quinn, dan beberapa karakter tambahan yang berperan dalam perubahan alur di season 3 ini, seperti Ryan, mantan suami Marienne, Dante, bos barunya Joe, dan Gil yang nantinya akan jadi jalan keluar dari kasus pertama.


Untuk casting, dari karakter-karakter yang tadi udah disebut, Kinomin rasa nggak ada yang aktingnya jelek. Karna kalaupun ada karakter yang menyebalkan, seperti Sherry dan Cary Conrad, itu memang dari sononya karakternya udah didesain sebagai karakter yang annoying. Yang ada malah mereka memang bisa menyampaikan rasa annoying itu ke Kinomin, jadi Kinomin juga merasa, apaan sih ni orang. Jadi menurut Kinomin, dari pemilihan aktor dan aktris, udah bravo, nice acting, terutama Victoria Pedretti. Menurut Kinomin sendiri bintang dari season 3 ini Victoria Pedretti ya, karna bisa kelihatan banget kalo dia itu psychotic. Bisa tidak terduga dan mendadak dangdut gitu. Dan kerennya lagi, kalo menurut Kinomin, dia itu bisa membawakan sebuah fase yang pasti udah pernah dialami oleh semua orang, yaitu lingkaran setan mulai dari pengen jadi lebih baik, usaha keras sampai akhirnya mencapai titik breaking, dan mengulangi semua hal yang tadinya ingin dia hentikan di awal perjalanannya dalam berkeluarga sama Joe. Kayanya bisa kelihatan gitu, kalo ni orang udah nggak mungkin bisa berubah lagi. Itu emang udah sifat dasarnya dia. Udah parah, udah nggak bisa dibuang dari kehidupannya dia.


Yang menarik adalah, walaupun bintang utamanya di season 3 ini menurut Kinomin adalah Love, tapi entah kenapa, ceritanya pada akhirnya masih berlanjut dan season 3 ini berakhir dengan Joe. Salah satu hal yang Kinomin sayangkan di sini adalah hilangnya kepentingan utama dari tokoh utamanya itu sendiri, Joe. Seakan-akan tokoh Joe ini sedang dihibernasi atau ditumpulkan, atau lebih tepatnya ditelan oleh kepentingan Love dan Henry. Sepanjang seri, Joe bisa dibilang kelihatan capek dan pengen nyerah dari hubungannya. Dari caranya Joe yang bertugas sebagai pembersih mayat dan crime scene di dalam beberapa adegan, udah bisa kerasa, kalo dia bukan tokoh utama dari season 3 ini. Istilahnya dia cuma pembantunya Love. Yang membuat keputusan adalah Love. Meskipun tidak bisa dipastikan apakah hal ini disengaja atau tidak, tetapi Kinomin bisa mengapresiasi koneksi antara penonton dan tokoh Joe di season 3 ini. Sepanjang nonton 10 episode dari season 3 ini, rasanya Kinomin bisa bersimpati dengan Joe, dalam artian ada sebuah kenaikan dan penurunan dari tingkat kebosanan selama nonton. Dan biasanya, kebosanan itu mulai hilang ketika Love melakukan sesuatu secara impulsiv sebagai pencurahan ekspresinya. Selama nonton, Kinomin bisa melihat kalo karakter Joe pun merasakan hal yang sama terhadap karakter Love, kebosanan, perasaan tertindas, dan sedikit ketakutan. Tetapi ada momen-momen tertentu di mana dia tiba-tiba menjadi tertarik lagi dengan Love, dan itu biasanya terjadi pada masa-masa genting seperti momen setelah mereka mengurung Sherry dan Cary, atau setelah Love nantangin Joe waktu dia ngundang Theo dan nyuruh Joe untuk lihat. Kinomin juga merasa kalo seri ini cuma menarik kalo Love udah bikin onar. Bahkan hubungan baru antara Joe dan Marienne pun terasa hambar buat Kinomin. Mungkin juga karena tidak seobsesiv hubungan yang lama, di mana Joe biasanya menyingkirkan semua hambatan dalam hidup targetnya dan melakukan segala cara untuk bisa bersama. Karna Joe harus hati-hati, jadi hubungan Marienne dan Joe baru mulai terlihat menarik ketika Joe sudah mulai melancarkan serangan ke Ryan, mantan suami Marienne. Bagaimanapun, ini hanyalah spekulasi, dan menurut Kinomin tetep aja penataan emosi seperti itu dalam sebuah seri termasuk aneh.


Yang lebih bikin bingung lagi adalah ketertarikan Love sama Theo yang terjadi di awal dan pertengahan seri, tapi kemudian pergi begitu saja dan pada akhirnya kembali pada Joe di episode terakhir. Muncul tanpa alasan dan hilang tanpa alasan juga. Sebenernya Dottie udah pernah kasih tahu kalo mungkin ketertarikannya Love terhadap Theo itu karena Theo mengingatkan Love dengan mendiang adiknya Forty yang dia bunuh di season 2. Tapi menurut Kinomin itu nggak mengikuti pola, karna di season 2 Love tidak merasakan ketertarikan sama Joe karna Joe itu kaya Forty, dan di season 2 juga, Love seobsesiv itu sama Joe sampai bisa bunuh adiknya sendiri demi Joe. Dan kebetulan dia pun masih obsesiv sama Joe karna dia bunuh Natalie juga. Lagipula Theo masih di bawah umur, dan sejauh ini Love nggak punya pola suka sama anak di bawah umur.


Untuk tokoh, ada satu lagi tokoh yang menurut Kinomin sebenarnya bisa dikembangkan lebih jauh, yaitu Matthew, bokapnya Theo. Bayangkan ada sebuah karakter yang sangat cerdas, bisa membangun kerajaan dalam bisnis teknologi, mempunyai sifat yang cenderung tekun, dan pekerja keras banget, sampai-sampai jarang sekali pulang, menikah untuk yang kedua kalinya dengan wanita cantik, dan punya rumah yang bisa dibilang mewah, punya bawahan yang ngikutin ke mana-mana dan bisa disuruh-suruh, dan dikontrol hidupnya sama perusahaannya sendiri karna posisinya dalam perusahaan sangat penting. Itu adalah gambaran dari Matthew. Dalam season 3 ini ceritanya, dia menjadi terobsesi dengan pembunuhan istrinya dan dia menolak percaya dengan narasi yang udah dipublikasikan oleh Joe dan Love. Lalu yang dia lakukan adalah, dia ngehack semua kamera yang ada di sekitar Madre Linda (nama lingkungannya), buat mengakses rekaman yang udah diambil di sekitar waktu hilangnya istrinya. Setelah berhari-hari lamanya, berminggu-minggu bahkan, dia masih nggak bisa menemukan bukti yang cukup kuat buat dikasih ke polisi bahwa yang udah mbunuh istrinya adalah Love dan Joe. Dan dalam satu kali dudukan, yang gatau berapa lama, tapi yang jelas nggak sampe sehari, Theo anaknya, berhasil menemukan bukti yang kuat banget dan bisa langsung bikin Joe dan Love dipenjara. Apakah menurut KinoFellas ini masuk akal?


Menurut Kinomin dari paparan peristiwa itu aja udah bisa kelihatan ya kalo sebenernya tokoh Matthew ini nggak maksimal. Tapi mungkin juga aspek ini disengaja, untuk menjaga kemasuk-akalan dari jumlah orang yang dibunuh di season 3. Tapi tetap disayangkan bahwa Matthew mungkin bisa menjadi twist yang cukup keren tapi nggak dieksplor lebih jauh.


Satu lagi ya, mungkin sebenernya tokoh Marienne yang digambarkan sebagai seorang junkie juga sebenernya bisa dieksplor lebih jauh. Menarik juga kalo misalnya si Marienne ini mendadak kambuh lagi dan Joe mau nggak mau harus nolongin dia dan jagain sepanjang kurun waktu tertentu. Bukannya Kinomin mengusulkan bahwa kecanduan obat-obatan itu hal yang baik ya KinoFellas! Tapi bisa jadi opsi perkembangan karakter yang cukup mendadak dangdut. Karna di season 3 ini walaupun udah dibilangin kalo Marienne ini mantan junkie tapi sama sekali nggak keliatan punya masalah, selain masalahnya sama Ryan. Sedangkan dari Beck di season 1 sampai Love di season 2 semua cewe yang dideketin sama Joe punya fatal flaw dalam karakternya. Mungkin karna itu juga pada akhirnya Joe nggak jadi sama Marienne. Atau mungkin ceritanya Joe mau cari cewe yang baik-baik karna udah trauma sama Love.

Nggak ada yang tau ya sebenarnya gimana... Kalo dari segi karakter, menurut KinoFellas gimana ni?


Location and Wardrobe:

Lanjut kita akan bahas sedikit tentang lokasi dan wardrobe. Di topik ini kalo dari Kinomin nggak begitu banyak komen. Mungkin salah satu aspek yang bisa Kinomin appreciate itu dedikasi tim make up untuk membuat Joe selalu terlihat capek dan nggak berselera. Kinomin nggak tau secara pasti apakah ada make up yang membuat Joe berpenampilan seperti itu, atau memang aktingnya Penn Badgley yang cakep bangt, tapi emang keliatan banget kalo Joe udah muak. Selain itu, mungkin bagian-bagian di mana orang-orang terluka dan menjadi mayat. Kaya yang waktu Theo sadar tapi udah babak belur, itu keren ya make up dan aktingnya.

Untuk latar tempat, menurut Kinomin Madre Linda udah cocok banget atmosfernya dengan kemunafikan warganya. Penuh dengan rumah berkolam renang dan pekarangan luas. Tapi entah kenapa untuk Love, Kinomin merasa bahwa dia udah nggak begitu bersinar atau menonjol gitu, seakan-akan cantiknya pudar gitu. Bisa karna pemilihan wardrobenya yang lebih ibu-ibu, atau dari make upnya yang lebih bold. Tapi mungkin karna di seri ini yang mau ditonjolin itu Marienne. Kayanya dari semua cast yang paling keliatan bersinar Marienne untuk season 3 ini.


Jadi secara keseluruhan Kinomin nggak begitu mempermasalahkan wardrobe atau lokasi atau make upnya. Tidak ada yang super menonjol atau fatal banget untuk bisa di-notice.


Plot and Ending:

Oke lanjut! Untuk Alur cerita udah Kinomin bahas beberapa permasalahan ketika tadi kita membahas tokoh. Dari pembahasan di bagian tokoh tadi, kebanyakan masalah yang Kinomin punya dengan alur ceritanya udah dituangkan. Selain yang udah dibahas, Kinomin cuma mau bilang kalo hasil akhir dari keseluruhan 10 episode ini adalah sesuatu yang tidak Kinomin harapkan dari season ini. Mulai dari pertempuran hidup dan matinya Love dan Joe, perginya Marienne dari hidup Joe, berakhirnya pernikahan Joe dan Love, antisipasi Joe terhadap racunnya Love, kematian Love yang tidak terduga, dan terutama waktu Joe pada akhirnya meninggalkan Henry di depan rumah Dante. Kinomin akan mengakui kalo episode terakhir itu adalah episode favorit Kinomin. Ending yang luar biasa dari seri yang cukup biasa. Memang ada beberapa bagian di dalam seri ini di mana Kinomin merasa kalo penulisnya ingin membuat sebuah twist atau perubahan suasana di tengah kepenatan Joe yang selalu terlihat. Tapi Kinomin nggak tau apakah karna Kinomin kebawa sama emosinya Joe yang selalu capek, depresi, bosan, dan tertindas di sepanjang seri atau karna emang season 3 ini tidak begitu menakjubkan jadi Kinomin tidak bisa merasakan api-api cinta terhadap season 3 ini. Meskipun begitu, di episode terakhir terlihat Joe sedang berada di Paris dan dia dipanggil dengan sebutan Nick. Walaupun Kinomin nggak tergila-gila dengan season 3 ini, tapi Kinomin bisa yakin 100% kalo Kinomin kepo dengan kelanjutan hidup Joe dan akan selalu menanti-nanti season 4 dari seri You.


In a way, season 3 ini sudah berhasil membawa perspektif baru dari hidup Joe dan oleh karenanya membuat Kinomin menjadi penasaran akan kemungkinan-kemungkinan lainnya yang bisa terjadi di Paris. Apakah Joe akan punya anak lagi dengan wanita lain? Apakah Joe akan menikahi perempuan lain? Siapa lagi yang akan menjadi korban Joe? Dan bagaimana hidup di Paris akan mengubah karakter Joe?


Dari mulai nggak pengen nonton di awal, sampai sekarang jadi kepo lagi sama kelanjutannya, Kinomin merasa sudah dirubah pikirannya habis nonton season ini. Tapi meskipun begitu, dari pembahasan di bagian tokoh dan penokohan, bagi tokoh-tokoh mendatang, menurut Kinomin masih bisa dimaksimalkan pengembangan karakternya. Untuk pemilihan lokasi dan wardrobe, menurut Kinomin sudah sesuai dan pas tapi mungkin kurang berkesan. Dan yang jelas Kinomin cuma bisa bilang salut buat episode terakhir dan ending dari season ini.


Yak! Tidak terasa kita sudah berada di penghujung teks. Terima kasih buat semua KinoFellas yang udah nyempetin buat baca review Kinomin terhadap season 3 dari seri You. Untuk sekarang, sayangnya kita harus berpisah… Tapi jangan khawatir, tetap nantikan review terbaru di IndoKino ya!


RATING


3.5 / 5

 

INFO FILM


Writers: Greg Berlanti, Sera Gamble, Caroline Kepnes, Adria Lang, Kelli Breslin, April Blair, Michael Foley, Neil Reynolds

Pemeran: Penn Badgley, Victoria Pedretti, Dylan Arnold, Tati Gabrielle

Durasi: 10 Episode, 45-53 menit


Comments


MAU REQUEST FILM?
PUNYA KRITIK/SARAN?
KASIH TAU KINOMIN LEWAT FORM INI YA!

Thanks KinoFellas!

© 2023 by Indo Kino. Proudly created with Wix.com

bottom of page