![](https://static.wixstatic.com/media/0f226c_ed9606bdeb3b4ab3b94e60bfe99f5c76~mv2.png/v1/fill/w_970,h_546,al_c,q_90,enc_auto/0f226c_ed9606bdeb3b4ab3b94e60bfe99f5c76~mv2.png)
Salah satu serial andalan Netflix, Sex Education akhirnya tiba di season ketiganya. Dengan hadirnya beberapa tokoh baru membuat serial ini lebih kaya akan cerita tentang permasalahan kehidupan (khususnya seksualitas) yang dapat ditemui di kehidupan nyata.
SINOPSIS
Reputasi SMA Moordale terancam pasca penyakit klamidia mewabah di sekolah yang dijuluki ‘sekolah seks’ tersebut. Hope, sebagai kepala sekolah baru, bertekad untuk membangun citra SMA Moordale yang baru. Namun gaya kepemimpinannya yang otoriter mulai meresahkan para murid Moordale.
REVIEW
Sex Education rasanya gak pernah gagal membuat kagum para penggemarnya, dan hal ini kembali terbukti di season ketiganya. Sebagai serial remaja, Sex Education tetap membawa isu yang melekat dengan kehidupan remaja, seperti percintaan dan persahabatan. Dari episode awal kita disuguhi dengan kehidupan percintaan Otis dan Ruby serta Maeve dan Isaac, di mana Otis dan Maeve belajar beradaptasi dengan pasangannya. Persahabatan Otis dan Eric serta Maeve dan Aimee di season ketiga ini membuat serial ini lebih hangat dari season sebelumnya.
Di season ini, predikat karakter paling nyebelin mungkin harus berpindah tangan dari Isaac ke murid paling ‘ambis’ di Moordale, Vivianne. Vivianne yang ambis diceritakan suka cari muka sama Hope, sampai-sampai tega merebut jabatan ketua OSIS dari Jackson. Penonton usia muda pasti bisa relate dengan karakter Vivianne, karena orang model dia ini pasti pernah ditemui di jaman sekolah atau kuliah dulu!
Soundtrack yang terdiri dari beberapa lagu-lagu pop 80an memberi atmosfer khas 80an yang kemudian menjadi daya tarik dari serial ini, seperti lagu ‘Yello - Oh Yeah’ dan ‘Duran Duran - Saving a Prayer’ mengingatkan kita pada film-film remaja di era 80an, seperti The Breakfast Club dan Ferris Bueller Day’s Off.
Di season ini, isu percintaan dan persahabatan khas remaja bukan lagi jadi bahasan utama, melainkan permasalahan seksualitas yang lebih diangkat. Pada season ini terdapat pengembangan karakter dari season sebelumnya. Kita semua tau bahwa Adam memutuskan menjadi seorang gay dan menjalin hubungan dengan Eric. Di season ini, diceritakan Adam mulai bimbang dan merasa bingung dengan seksualitasnya. Lalu di season kedua, Aimee mengalami pelecehan seksual yang terjadi di dalam bus. Nah, di season ketiga ini menceritakan dampak dari peristiwa tersebut kepada Aimee, yang akhirnya berpengaruh pada psikologis dan kehidupan percintaannya.
Tidak hanya mengangkat kehidupan remaja, Sex Education juga membahas permasalahan yang dialami orang dewasa yang (mungkin) sebelumnya tidak pernah diangkat di film/serial. Di season ketiga ini kita dikejutkan dengan Jean yang hamil setelah berpisah dari Jakob. Lalu diceritakan bagaimana mereka berjuang mempersiapkan diri menjadi orang tua di usia lanjut. Di sini kita juga bisa melihat sekilas kehidupan saudara tiri yang dialami Otis dan Ola. Kemudian diceritakan juga kehidupan Michael Groff yang berubah drastis setelah berhenti dari jabatannya sebagai kepala sekolah Moordale. Michael yang kini pengangguran dan sedang dalam proses cerai dari Maureen, berjuang bertahan hidup dan harus berhadapan dengan kakaknya, Peter, yang kaya dan sombong.
Cal dan Hope adalah tokoh baru di serial ini, dan kehadiran mereka bukan tanpa alasan. Sex Education berusaha memberi pelajaran yang dapat diambil dari tiap tokohnya, dan hal itu bisa dikatakan berhasil. Kehadiran Cal dan Hope sebagai tokoh baru memberi warna baru sekaligus menambah kekayaan pada cerita.
Cal yang berperan sebagai tokoh ‘non-binary’ pertama di serial ini, memberi wawasan seksualitas yang lebih luas kepada penonton. Cal menentang Hope yang mewajibkan muridnya berpakaian sesuai gendernya. Dan melalui Cal kita mengenal apa yang dimaksud 'non-binary', dan bagaimana mereka berusaha mengeksplorasi dirinya.
Lalu Hope, sebagai kepala sekolah baru yang otoriter, menginginkan segala hal diatur dan berjalan dengan benar. Hope yang ambisius menggunakan semua cara demi tujuannya tercapai, termasuk memperalat dan merendahkan orang lain. Namun dibalik itu semua ternyata Hope sedang kecewa dengan dirinya sendiri, karena tubuhnya tidak bisa menjalankan fungsinya sebagai perempuan, yaitu mengandung anak.
Sex Education sekali lagi menyinggung topik serius yang pada umumnya dianggap tabu oleh masyarakat. Seks yang dianggap tabu dan menjadi pantangan bagi sekolah Moordale hanya akan menyesatkan anak remaja karena kurangnya pemahaman tentang seks, yang mana hal ini sering terjadi di kehidupan nyata.
![](https://static.wixstatic.com/media/0f226c_85dbcfdd01624f72bac3ce8655822833~mv2.png/v1/fill/w_980,h_637,al_c,q_90,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/0f226c_85dbcfdd01624f72bac3ce8655822833~mv2.png)
Pada akhirnya, Sex Education pada season ketiga semakin meyakinkan penonton bahwa serial ini layak masuk ke dalam daftar serial terbaik sepanjang masa. Serial ini memberi spotlight merata pada setiap karakternya yang kompleks. Ceritanya yang mengembangkan karakter lama dan mengenalkan karakter baru secara rapih memberi kepuasan sendiri kepada penontonnya. Season ketiga yang kali ini menyajikan cerita drama remaja dan dewasa, membuat serial ini cocok ditonton baik oleh anak muda (yang cukup umur) maupun dewasa.
RATING INDOKINO
5/5
INFO FILM
Genre: Comedy, Drama
Tayang di: Netflix
Tahun Tayang: 2021
Jumlah Episode: 8
Rating umur: 18+
Kreator: Laurie Nunn
Pemeran: Asa Butterfield, Emma Mackey, Ncuti Gatwa, Gillian Anderson
Follow IG kami @indokino untuk review dan update berita film terbaru!
Comments