![](https://static.wixstatic.com/media/0f226c_fd9ff7e92b1d4fc1ba617012dccdd215~mv2.jpg/v1/fill/w_750,h_426,al_c,q_80,enc_auto/0f226c_fd9ff7e92b1d4fc1ba617012dccdd215~mv2.jpg)
Beberapa waktu lalu, film ‘Blood Red Sky’ yang berbahasa Inggris & Jerman ini tayang di Netflix dan ternyata cukup viral di sosmed. Untuk film/serial asal Eropa, hal ini gak sering terjadi. Premisnya yang gak biasa cukup bikin Kinomin penasaran. Setelah meluangkan waktu buat cobain nonton, Kinomin harus bilang bahwa filmnya mengecewakan. Walaupun begitu, ‘Blood Red Sky’ tetap punya nilai plus.
SINOPSIS
Ketika sebuah pesawat tujuan New York mendadak dibajak oleh sekelompok teroris, Nadya yang ternyata seorang vampir harus berjuang melindungi anaknya.
REVIEW
Satu jam pertama dari film ini cukup bagus. Nadya yang awalnya diceritakan mengidap penyakit dalam yang serius lumayan meyakinkan untuk menutupi identitasnya sebagai seorang vampir, walaupun masih tetap kelihatan. Karakter Nadya dibangun dari beberapa scene flashback di masa lalunya. Walaupun diperlihatkan secara pas-pasan sehingga terasa agak 'kureng', hal ini cukup membantu penonton untuk mengerti asal-usulnya.
Farid sebagai karakter pembantu di film ini berperan cukup bagus. Dia sering membantu Nadya dan anaknya saat menghadapi masalah di pesawat, tapi sayangnya proses bonding mereka masih terasa kurang. Kehadiran empat orang teroris dengan kepribadiannya masing-masing menurut Kinomin cukup unik, karena rata-rata sekelompok penjahat di film-film punya karakteristik yang sama.
Hal lainnya yang menurut Kinomin menarik adalah cara film ini menampilkan vampir di dalam pesawat. Pertama, make up nya termasuk keren, terutama make up Nadya dan si Eightball teroris psikopat. Tapi sayangnya make up vampir-vampir lain gak sebagus dua karakter ini, malah cenderung ngasal. Kedua, kawanan vampir yang mirip zombie menjadi pendobrak stereotip vampir yang kita kenal selama ini, yang misterius, necis dan rupawan.
Kekurangan pertama yang Kinomin notice adalah special effect yang masih keliatan banget amatiran, tapi untungnya di film ini gak banyak dipake. Terlepas dari itu, sebetulnya cerita film ini oke-oke aja. Sampe di satu jam terakhir, ceritanya mendadak berubah jadi konyol. Berangkat dari premis yang cukup aneh mungkin sengaja dilakukan untuk menciptakan kesan misterius kepada penonton, karena jujur Kinomin sendiri gak bisa nebak akhir ceritanya.
Tapi film ini malah keliatan kehilangan arah yang bingung menentukan akhir ceritanya, hingga pada akhirnya solusi yang ‘maksa’ pun dihalalkan. Hal ini terjadi pada saat Eightball menyuntikan darah Nadya ke dalam badannya, tanpa alasan! Inilah momen di mana ekspektasi Kinomin jadi jatoh sejatoh-jatohnya, sekaligus bikin siapapun yang nonton pasti bakal bertanya: #WHY? Alhasil setelah momen itu ada beberapa scene yang bikin Kinomin ketawa saking konyolnya.
Satu hal lainnya yang gak boleh dilewatin adalah ELIAS! Bocah satu ini bener-bener bikin Kinomin darah tinggi. Pendalaman karakter Elias yang kurang bikin Kinomin gak peduli sama sekali dengan karakternya. Kasarnya kalo sampe dia kegigit atau meninggal pun, ya bodo amat. Apalagi ditambah sama kelakuannya yang sok iye, bikin dia jadi semakin #WHY. Elias yang lugu dan cenderung ‘anak mami’ sebenarnya kurang cocok diperankan oleh Carl Anton Koch karena keliatan gak sesuai sama umur perannya. Walaupun begitu, Elias justru jadi karakter penggerak cerita mulai dari tengah sampai akhir film, meskipun kurang layak.
Dari film ini, ini kali kedua Kinomin ketemu film yang membawa isu SARA setelah serial ‘Into The Night’ yang juga tayang di Netflix. Polanya pun sama: di dalam pesawat, ada masalah, penumpang panik, mulai rasis, sampai akhirnya si korban rasis yang menjadi penyelamat penumpang. Apakah kebetulan? Atau memang terinspirasi dari serial tersebut? Tapi menurut Kinomin hal tersebut tidak perlu ada, karena di dalam film hanya disinggung sedikit, sehingga tidak terlalu berpengaruh pada cerita.
Secara keseluruhan, film ini lumayan seru, tapi bukan berarti bagus. Film yang bercerita tentang pembajakan pesawat ini justru malah membajak dirinya sendiri dengan susunan cerita yang kurang matang dan durasi yang seharusnya bisa lebih singkat. Di babak pertama film ini full thriller, lalu terjun bebas ke komedi horor di babak kedua. Satu hal yang paling membekas di ingatan penonton pastinya adalah betapa #WHY-nya Elias, si bocil ganggu!
RATING INDOKINO
2.5 / 5
INFO FILM
Sutradara: Peter Thorwarth
Pemeran: Peri Baumeister, Dominic Purcell, Kais Setti, Carl Anton Koch
Genre: Action, Thriller
Durasi: 121 Menit
Tayang di: Netflix
Rating umur: 18+
Follow Instagram @indokino untuk update film terbaru!
Comments