top of page
  • Instagram

Review Black Widow (2021): Ketika Realita Mengkhianati Ekspektasi

Kevin Richard William

Setelah kurang lebih 1 tahun lamanya para fans Marvel digantung dengan jadwal rilisnya, akhirnya film spin-off dari salah satu anggota Avengers ini resmi tayang pada tanggal 9 Juli lalu. Momen yang menggembirakan sekaligus mengecewakan, kecewa karena penonton di Indonesia belum bisa menikmatinya di layar lebar akibat kebijakan PPKM yang lagi berjalan.


Kinomin sendiri punya ekspektasi tinggi sebelum nonton film ini, mengingat film solo member Avengers di beberapa tahun terakhir kayak Spiderman, Doctor Strange, dan Black Panther yang cukup sukses, seharusnya film ini bisa menyaingi level film-film tadi. Namun sayangnya kelemahan di segi cerita bikin Black Widow berada 1 level di bawahnya.


SINOPSIS


Natasha Romanoff harus berurusan sama masa lalunya, Red Room, sebuah organisasi rahasia milik Soviet yang melatih para Black Widow jadi pasukan elit. Natasha yang bertekad menggulingkan Red Room dipertemukan kembali dengan keluarganya, yaitu adiknya Yelena, Melina ibunya, dan Alexei ayahnya.


Adegan action yang ditampilkan cukup memuaskan. Di mana ada Black Widow, jurus smackdown ala Rey Mysterio di WWE rasanya gak pernah absen, ditambah syuting dari samping dan atas yang jadi andalan MCU. Adegan kejar-kejaran mobil di sini cukup menegangkan, tapi gak ada kejutan baru, secara MCU sering bikin adegan ini di film-filmnya. Taskmaster yang bisa meniru fighting skill dari Black Widow, Captain America, sampe Hawkeye menjadi nyawa di film ini.


Secara acting, Scarlett Johansson mempertahankan karakter Black Widow yang serius yang udah sering kita liat juga di film-film sebelumnya. Tapi justru Florence Pugh lah yang jadi standout character di film ini. Dengan latar belakang karakternya, Florence berhasil memerankan Yelena dengan aksen Rusia-nya yang kental. Sayangnya hal ini gak didukung sama karakter Natasha, Melina dan Alexei yang aksennya masih Amerika banget. Dialog bahasa Rusia jadi satu-satunya solusi biar karakter mereka bisa sinkron. But still, chemistry mereka sebagai ‘keluarga’ gak dapet di film ini.


Cerita jadi titik terlemah di film ini. Background ampul gas merah yang gak jelas sangat mengganggu untuk mengerti jalan cerita filmnya. Siapa pembuatnya dan gimana itu bisa beredar masih kurang jelas. Perkembangan karakter Yelena yang dulu dimanja sampe jadi kuat pas gede gak dijelaskan. Dreykov sebagai villain juga kurang impresif karena kurangnya detail gimana kejamnya pelatihan Red Room yang bikin Natasha & Yelena ilang masa kecilnya. Jadi jatohnya Natasha & Yelena seolah-olah jadi SJW yang punya dendam kesumat sama kakek-kakek posesif aja. Meskipun begitu, pesan “We (women) can make our own choices” cukup tersampaikan dari film ini.


Sangat disayangkan penantian panjang akhirnya dibayar dengan film yang gak ada spesial-spesialnya. Satu-satunya kejutan ada di after credit scene, dan sepertinya kita bakal liat aksi Florence Pugh di MCU lagi. Overall, film ini tetep worth it buat ditonton. Cocok bagi kalian yang pengen nonton film sejenis Fast & Furious versi ‘waras’. Action dan koreografi yang memukau jadi kekuatan utama di film ini, sedangkan cerita jadi kryptonite-nya.

 

RATING INDOKINO


3/5

 

INFO FILM


Sutradara: Cate Shortland

Pemeran: Scarlett Johansson, Florence Pugh, Rachel Weisz, David Harbour

Streaming: Disney+


Follow Instagram kami @indokino untuk konten seputar film setiap harinya!



Comments


MAU REQUEST FILM?
PUNYA KRITIK/SARAN?
KASIH TAU KINOMIN LEWAT FORM INI YA!

Thanks KinoFellas!

© 2023 by Indo Kino. Proudly created with Wix.com

bottom of page